Ibadah haji merupakan ibadah fisik sehingga Kesehatan dan kesembuhan dari berbagai penyakit menjadi salah satu syarat mutlak agar mudah melaksanakan ritual ibadah haji secara mandiri. Ada banyak hal yang menguras tenaga fisik dan emosi pada saat menjalankan ibadah haji, baik itu  berupa ritual amalan ibadah maupun faktor lainnya.  Terutama pada saat Jemaah haji berada di 3 lokasi yaitu Arafah, Muzdalifah dan Mina atau yang di sebut lokasi Armuzna. Ketiga tempat ini disebut titik krusial dalam rangkaian kegiatan ibadah haji yang wajib, sehingga disebut puncak haji. Di 3 lokasi tersebut para-Jemaah haji melaksanakan berbagai ritual ibadah yang sangat menguras fisik dan tenaga seperti ibadah thawaf, sai dan lempar jumrah. Jemaah akan berhadapan dengan kondisi berdesakan dengan ribuan Jemaah lainnya, berada dalam ruangan terbatas, dengan cuaca yang sangat panas, dan hal yang tidak mengenakan lainnya, kesemua hal tersebut dapat mempengaruhi kondisi Kesehatan bahkan bisa mengancam jiwa. apalagi bagi jemaah haji yang memiliki penyakit generatif dan berusia lanjut.

Ibadah Thawaf

Thawaf adalah amalan ibadah haji dengan cara mengelilingi Ka'bah sebanyak 7 kali. Thawaf merupakan salah satu rukun dalam ibadah haji yang menentukan keabsahan dari ibadah haji. Setidaknya ada 2 macam thawaf yang wajib dilaksanakan saat menjalankan ibadah haji yaitu thawaf ifadah dan thawaf wada. Kegiatan thawaf cukup menguras tenaga, karena jemaah harus berjalan kaki dengan jarak yang cukup jauh. Berapa jarak yang di tempuh saat beribadah thawaf?

Jarak lintasan tawaf bergantung dari jarak posisi Jemaah ke lokasi ka’bah, semakin dekat dengan ka’bah maka semakin pendek lintasannya. Diperkirakan, jarak satu putaran thawaf berkisar antara 100-meter sampai lebih dari 1 km. Jarak lintasan di areal pelataran ka’bah mungkin hanya sekitar 100 meteran saja. Namun tentunya sulit sekali untuk bisa melaksanakan thawaf di dekat pelataran ka’bah secara langsung pada saat musim haji, karena banyaknya jumlah kerumunan Jemaah yang bisa mencapai jutaan orang. Umumnya para-Jemaah akan melakukan thawaf di sepanjang lintasan yang ada di areal masjidil haram baik yang berada di lantai 1, 2 dan 3.  Karena letaknya ka'bah berada di dalam masjidil haram. Masing-masing lintasan berjarak kurang lebih sekitar 1 km. Jadi Jemaah haji terutama yang berasal dari Indonesia setidaknya akan menempuh jarak total sekitar 7 km untuk melaksanakan  satu macam ibadah thawaf.

Ibadah Sa’i

Sa’i adalah ritual ibadah haji dengan cara berjalan kaki dan berlari kecil di antara bukit Shafa dan Marwah. Dilakukan sebanyak tujuh kali secara bolak-balik. Berapa jarak yang di tempuh untuk melaksanakan ibadah Sa’i?

Menurut Wikipedia jarak antara bukit safa dan Marwah adalah sekitar 450 meter. Jadi total jarak perjalanan yang ditempuh untuk melaksanakan ibadah Sa’I adalah sekitar 3.15 km.

Ibadah Lempar Jumrah

Lempar jumrah adalah amalan ibadah haji yang di laksanakan di mina, dengan cara melemparkan batu kerikil pada waktu, tempat, dan jumlah yang sudah ditentukan dalam syariat agama. Ada tiga jenis jumrah  dalam ibadah haji yaitu Jumrah ula, Jumrah Wustho dan Jumrah Aqabah. Lokasi Jumrah ula berdekatan dengan masjid Khoif. Adapaun jarak antara lokasi jumrah wustho dengan jumrah ula adalah sekitar 156,5 meter. Jumrah wustho terletak diantara jumrah ula dan jumrah aqabah. Jarak antara jumrah ula dengan jumrah aqabah adalah sekitar 117 meter.

Faktor lainnya yang Menguras Fisik dan Mental

Selain aktivitas ritual ibadah yang menguras tenaga dan emosi, faktor lain yang juga berpengaruh terhadap kondisi fisik dan psikis para-Jemaah, antara lain adalah faktor lingkungan dan faktor metabolic. Faktor lingkungan mencakup suhu, cuaca, debu dan sosial sedangkan factor metabolic mencakup faktor penyakit dan usia Jemaah.  

Suhu Panas ekstrim di Kota Mekkah

Sebagaimana kita tahu bahwa pelaksanaan ibadah haji biasanya terjadi di  musim kemarau. Pada saat itu, suhu udara di kota mekah bisa mencapai 46 0C bahkan bisa lebih, dengan kelembaban yang rendah sehingga bisa berdampak buruk pada Kesehatan pada para jemaah haji yang berasal dari luar kota Mekkah.  Bahaya apa saja yang  bisa disebabkan oleh kondisi lingkungan suhu panas dapat di lihat di artikel ini.

Beberapa faktor lainnya yang mungkin dapat berpengaruh terhadap Kesehatan Jemaah haji adalah kondisi stress pada saat terjadinya antrian lama dan panjang menuju toilet, kondisi berdesakan dengan ribuan Jemaah lainnya pada saat berada di armuzna di suatu ruang terbatas dengan suhu lingkungan yang panas, dan lainnya.

Pentingnya Istitha’ah Kesehatan haji

Jemaah haji yang memiliki Kesehatan yang prima dan tubuh yang kuat pastnya akan lebih mudah beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan tersebut, sehingga akan lebih mudah untuk bersabar dan mengeliminir kondisi stress saat melaksanakan ibadah haji.

Berbeda dengan Jemaah haji yang sedang mengalami masalah kesehatan, yang tubuhnya melemah karena adanya faktor penyakit komorbid atau penyakit degenerative, dimana kondisi stress bisa menyebabkan kekambuhan dan keparahan penyakit yang dideritanya, kemungkinan mereka akan merasa kerepotan saat melaksakan ritual ibadah haji di tanah suci, sehingga mereka harus di bantu oleh Jemaah lainnya atau pendampingnya.

Padahal kebanyakan jemaah haji asal Indonesia (sekitar 60-67 %) yang berangkat ke tanah suci merupakan kelompok RISTI (Resiko Tinggi), yaitu kelompok jemaah haji yang berusia lanjut dan menderita penyakit degenerative, seperti diabetes, hipertensi, jantung dan pneumonia. Sehingga resiko terjadinya angka kematian menjadi tinggi. Oleh karena itu pemerintah memutuskan untuk menetapkan tambahan syarat wajib haji pada pelaksanaan ibadah haji mulai tahun 2024 yaitu para-Jemaah calon haji WAJIB memenuhi syarat Istitha’ah Kesehatan yang tujuannya adalah untuk meminimalisir terjadinya resiko  kematian para Jemaah haji.